Assalamualaikum...
Pada bagian prologue sebelumnya, saya sudah menjelaskan beberapa poin umun yang saya dan suami lalui selama masa penantian diberikan keturunan ini. Poin pertama adalah promil dengan mengunjungi dokter kandungan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kami melakukan promil sebelum genap 1 tahun pernikahan dikarenakan siklus menstruasi saya yang tidak menentu.
Dokter kandungan pertama yang saya kunjungi adalah dokter Ineke di Awal Bros Tangerang. Kenapa dokter Ineke? Setelah mencari beberapa review mengenai promil di daerah Tangerang melalui situs IbuHamil.com, nama dokter Ineke beberapa kali muncul. Kemudian saya mulai mencari profil beliau di mbah google, dan akhirnya kami memantapkan hati untuk memulai program hamil pertama kami dengan mengunjungi dokter Ineke. Dan satu lagi, saya dan suami sangat mengutamakan dokter wanita, karena menurut agama kepercayaan kami, dokter kandungan wanita lebih diutamakan, terkecuali ada kasus-kasus tertentu yang tidak memungkinkan adanya dokter wanita di daerah kita tinggal.
Kesan pertama berjumpa dokter Ineke adalah ramah dan aktif. Saya merasa nyaman konsultasi dengan beliau. Setelah diperikasi menggunakan usg transvaginal, ternyata saya memiliki gangguan hormon yang mengakibatkan ukuran sel telur kurang dari 18mm di rentang masa subur wanita pada umumnya. Sempat berfikir terkena pcos karena ukuran sel telur yang begitu kecil, namun hasil usg tidak menunjukkan lebih dari 3 sel telur kecil yang berkumpul. Selain itu, saya juga didiagnosis retrofleksi, dimana rahim menghadap belakang, dan dokter Ineke menyarankan saya dan suami melakukan (maaf) doggy style saat berhubungan. Dari hasil kunjungan pertama, saya di diberikan resep obat folavit dan pil hormon progesteron, serta diberikan jadwal berhubungan dalam sebulan. Jika dalam satu bulan belum juga diberikan keturunan, saya diminta untuk konsultasi kembali dengan beliau.
Selama 3 bulan berkonsultasi dengan dokter Ineke, saya diberikan resep yang sama dan juga jadwal berhubungan seperti biasa. Dan alhamdulillah siklus haid saya mulai normal, walaupun harus bergantung dengan pil hormon. Selama 3 bulan itu pula saya dan suami belum juga dikaruniai buah hati. Kemudian dokter Ineke memberikan surat rujukan tes sperma pada suami. Dan tes hormon suami menunjukkan hasil yang kurang baik, terutama jumlah sel sperma aktif yang kurang dari batas minimum. Itulah masa dimana suami saya mulai merasa menjadi alasan kami belum juga diberikan keturunan (selain karena Tuhan belum menghendaki). Setelah itu apa yang kami lakukan? Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mencari alternatif pengobatan lain sambil menerapkan pola hidup sehat. Mengenai pengobatan alternatif dan pola hidup sehat ini akan saya jelaskan lebih lanjut di Part lain.
Selang setengan tahun, saya dan suami memutuskan untuk melakukan promil lagi dengan dokter yang berbeda atas rekomendasi dari sahabat saya. Dokter kandungan kedua kami adalah dokter Agriana di BWCC. Kami merasa lebih mantap untuk melanjutkan program hamil karena usia pernikahan kami yang sudah melebihi 1 tahun, dimana memang di umur segitu promil baru dianjurkan.
Kesan pertama bertemu dokter Agriana, powerful, aktif, informatif dan sangat memotivasi. Seperti biasa saya diperiksa usg transvaginal terlebih dahulu. Hasilnya seperti biasa sel telur kecil, karena setelah berhenti promil dari dokter Ineke siklus haid saya kembali acak-acakan. Di kunjungan pertama ini, saya diberikan resep pil penyubur (asam folat tidak masuk dalam resep karena saya sudah mengkonsumsi blackmores I-folic), selain itu saya diberikan surat rujukan untuk tes HSG H+9 atau 10 dari hari pertama haid, dan suami saya diberikan rujukan tes sperma. Karena hasil tes sperma yang pernah suami saya lakukan sebelumnya sudah terlalu lama, maka dokter menganjurkan untuk dilakukan tes ulang.
Saya dan suami melakukan tes setelah satu bulan, karena saya harus menunggu hingga haid berikutnya baru bisa melakukan tes. Dan selama satu bulan itu pula suami mengkonsumsi Oligocare dan buah semangka yang dipercaya dapat meningkatkan jumlah sperma aktif.
Mencari rumah sakit yang memiliki fasilitas HSG di daerah Tangerang dan Tangerang selatan memang sangatlah mudah, namun mendapatkan harga pas di kantong dan dokter wanita cukup sulit. Tes HSG dilakukan oleh dokter Radiologi yang didominasi oleh dokter pria, sekalinya dapat dokter wanita jadwal tidak cocok atau harga yang tidak cocok. Hingga ketika nyaris hopeless, kami memilih rumah sakit An-Nisa Tangerang untuk tes HSG. Selain karena disana dokter radiologinya wanita, juga harganya yang sangat murah, yaitu hanya 900ribu. Sebelum cerita lebih lanjut saya akan share beberapa rumah sakit di Tangerang dan Tangerang Selatan beserta harga untuk tes HSG-nya.
1. Awal Bros - 1,5jt
2. Bethsaida - 1,6jt
3. Sari Asih - 1,4jt
4. Eka Hospital - 2jt
5. Siloam - 2jt
6. RS Permata Pamulang - 1,2jt
7. RS An-Nisa - 900rb
8. Hermina - 1,5jt
Budget saya dan suami untuk tes HSG ini adalah under 2jt, banyak pilihan memang tapi menemukan dokter wanita dengan jadwal yang pas yaitu weekend atau jam pulang kantor sangatlah sulit, hingga akhirnya kami menemukan RS An-Nisa yang memenuhi semua kriteria. Alhamdulillah.
Hasil tes HSG menunjukkan hasil paten, tidak ada penyumbatan di saluran tuba falopi. Hasil tes sperma suami pun jauh lebih baik dibandingkan tes sperma pertama. Tantangan selanjutnya adalah memperbaiki ukuran sel telur saya.
Awalnya saya diberi pil penyubur 1x dosis. Karena tak ada perubahan yang signifikan pada sel telur, dosis pun ditambah menjadi 2x. Siklus haid saya kembali normal, tapi tak berlangsung lama. Pada bulan kedua saya mengonsumsi 2x dosis pil penyubur, siklus haid saya menjadi 60 hari. Saya sempat Ge-Er, jangan-jangan saya hamil, tapi beberapa kali tespack hasilnya selalu negatif. Saya dan suami masih disuruh untuk ikhtiar.
Promil di BWCC ini kami mulai pada bulan juli 2018 dan kami akhiri di bulan oktober 2018. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sekaligus mencari alternatif lain untuk melanjutkan program hamil.
Hasil tes HSG menunjukkan hasil paten, tidak ada penyumbatan di saluran tuba falopi. Hasil tes sperma suami pun jauh lebih baik dibandingkan tes sperma pertama. Tantangan selanjutnya adalah memperbaiki ukuran sel telur saya.
Awalnya saya diberi pil penyubur 1x dosis. Karena tak ada perubahan yang signifikan pada sel telur, dosis pun ditambah menjadi 2x. Siklus haid saya kembali normal, tapi tak berlangsung lama. Pada bulan kedua saya mengonsumsi 2x dosis pil penyubur, siklus haid saya menjadi 60 hari. Saya sempat Ge-Er, jangan-jangan saya hamil, tapi beberapa kali tespack hasilnya selalu negatif. Saya dan suami masih disuruh untuk ikhtiar.
Promil di BWCC ini kami mulai pada bulan juli 2018 dan kami akhiri di bulan oktober 2018. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sekaligus mencari alternatif lain untuk melanjutkan program hamil.
2 comments:
Salam kenal ya bunda, saya sedang promil jg dan kasus nya sama seperti bunda, skrng saya di suruh tes HSG, bingung cari yg dokternya perempuan dan harga ramah di kantong,
Klo boleh tau nama dokternya siapa ya bunda waktu bunda tes HSG?
Maaf bun baru bls. Saya jarang buka blog, sering cek nya email. Hehe... Saya wkt HSG di RS An Nisa Tangerang, dokter radiologinya saya lupa namanya, yg pasti perempuan Harganya 900rb. Di awal bros tangerang juga ada dr radiologi perempuan untuk HSG. Memang agak susah sih cari yg perempuan, rata2 laki laki :D
Post a Comment