The Miracle Pregnancy (Part IV)

Part IV ini merupakan kelanjutan dari Part I. Dimana setelah saya dan suami memutuskanp berhenti sejenak mengunjungi dokter kandungan untuk program hamil. Kami mulai mencari beberapa alternatif lain.
Pertama adalah mengunjungi tukang pijat yang sering menangani masalah reproduksi. Sebenarnya saya sedikit takut mengunjungi tukang pijat terutama untuk area reproduksi atau perut. Karena memang ada beberapa kasus setelah dipijat area reproduksinya, malah terjadi perlengketan atau penyumbatan di saluran tuba falopi. Hingga seorang teman kerja saya merekomendasikan tukang pijat wanita langganannya. Dulu dia pernah dipijat karena baby-nya sungsang. Kemudian saya bertanya, bukannya benerin baby sungsang sama tukang pijat itu sakit dan beresiko. Teman saya bilang kalau sama tukang pijat langganannya ini tidak terasa sakit sama sekali, dan cara memijatnya pun tidak seperti yang sering diceritakan orang-orang (baca: sedikit mengerikan).

Akhirnya pada awal Oktober saya diantarkan teman saya itu ke tukang pijat, namanya Mbah Citro. Umurnya sudah kepala enam, tapi masih terlihat sangat bugar. Sebelum mulai memijat, Mbak Citro bilang sama saya seperti ini, "Saya bukan dukun yang bisa meramal-ramal, jangan berpikir setelah saya pijat, besoknya kamu langsung dikasih. Semuanya atas kehendak Allah. Kamu setelah ini jangan pernah putus berdoa sama Allah dan banyak-banyak bersedekah. Nggak usah mikir buat kasih uang besar-besar sama orang, seribu atau dua ribu tapi hati ikhlas itu lebih baik." Kata-kata Mbah Citro ini membuat saya tenang dan semakin membuat saya semangat dalam beribadah dan berdoa kepada Allah.

Kemudian Mbah Citro mulai memeriksa bagian perut saya. Mbah Citro bilang kalau saluran pencernaan saya sangat keras, lambung saya pun tidak kalah keras. Katanya, saya punya maag tapi belum sampai sakit ke ulu hati. Dan saya pun setengah mengiyakan, karena tidak terlalu yakin. Tapi yang selama ini saya rasakan setiap memakan makanan pedas atau telat makan hanya lambung yang penuh dengan gas. Kata Mbah Citro, saluran pencernaan saya harus diperbaiki terlebih dahulu. Menurut Mbah, karena usus saya keras dan menekan area reproduksi, jadi setiap berhubungan (maaf) air maninya terdorong keluar. Mbah menawarkan saya beberapa kotak jamu untuk memperbaiki saluran pencernaan. Rasa jamuanya enak, nggak bikin eneg.

Free memmory, Setiap bulan saya rutin mengunjungi Mbah karena memang saya disuruh datang kembali jika masih belum diberikan keturunan dan jamu habis. Hingga awal Januari 2019 adalah terakhir kalinya saya mengunjungi Mbah. Mbah bilang saat itu, "Ini saya kasih jamu terakhir, kamu tinggal nunggu saja. Bulan depan kamu mau datang untuk pijat atau nggak itu terserah kamu. Yang pasti ini saya kasih terakhir kali jamunya."

Setelah itu, saya dan suami malah santai menjalani program hamil ini, malah terkesan tidak terlalu memikirkan. Biasanya kami menjadwalkan HB sesuai masa subur, tapi saat itu kami berhubungan hanya 3x dalam sebulan karena kami harus mulai menyicil untuk pindahan rumah. Ya, saat itu kami memutuskan untuk pindah ke rumah orang tua suami, dan menabung untuk membeli rumah. Puncak proses pindahan kami jatuh pada awal minggu ke-4 di bulan Januari 2019. Saat sedang mengepak beberapa barang tiba-tiba saya mengeluh pada suami badan terasa lemas. Seperti rasa ngantuk tapi nggak mau tidur. Beberapa menit saya rebahan di kasur setelah itu kembali melanjutkan beres-beres rumah, karena mobil pengangkut barang tidak lama lagi akan datang. 

Selesai berpamitan dengan tetangga, kami pun melaju menuju Pondok Indah Mertua. Sesampainya di rumah mertua, saya masih harus lanjut bersih-bersih kamar yang akan kami tempati, lebih tepatnya kamar suami saya dulu sebelum menikah. Kolong kasur yang penuh debu, membuat saya harus merangkak ke kolong kasur, menyapu dan mengepel lantai hingga bersih. Dan akhirnya proses pindahan usai sudah dengan menyisakan rasa lelah.

Di suatu pagi setelah adzan subuh, saya memutuskan untuk test pack. Kenapa? Ada beberapa alasan. Pertama, lebih dari dua minggu daerah PD saya terasa keram. Seharusnya jika memang itu karena gejala PMS maksimal 2 minggu saya sudah haid. Kedua, karena saya ingin renang. Lho, apa hubungannya? Entah kenapa dari mulai akhir tahun 2018 saya sangat senang berenang. Walau hanya satu kali dalam seminggu tapi repeatation-nya yang saya maksimalkan. Awal februari saya dan suami berniat untuk mengunjungi pijat refleksi di daerah rancaekek tak begitu jauh dari tempat tinggal orang tua saya atas rekomendasi ibu saya. Ibu saya bilang kalau temannya ada yang pernah kesana untuk program hamil, dan atas kehendak Allah beberapa bulan kemudian akhirnya dia diberikan keturunan. Nah, karena di dekat rumah orang tua saya itu ada kolam renang, saya ingin memastikan apakah keram di area PD saya ini gejala haid atau bukan. Kalau hasil test pack negatif, saya tidak akan bawa baju renang ketika pulang ke rumah orang tua saya, karena saya prediksikan saat itu saya pasti sedang haid. Pagi buta itu pun saya melakukan TP. Muncul satu garis merah. Dalam hati saya berkata, "Sudah kuduga". Setelah air seni berkapilarisasi sempurna, saya angkat alat TP-nya. Saat itu saya hanya bisa terdiam dengan tangan bergetar, tidak bisa berkata apa-apa. Detak jantung pun terasa semakin kencang. Saya segera menghampiri suami saya yang masih tertidur, lalu menunjukkan hasil TP. Beberapa detik pertama, suami saya masih bingung apa yang tengah saya tunjukkan padanya. Tak lama dari itu dia menunjukkan raut wajah bahagia dan bertanya, "Kamu hamil?" Allah memberikan kebahagiaan itu tanpa terduga. Rejeki terbesar di awal tahun 2019 adalah dipercayakannya kami menjadi calon orang tua.

Setelah itu apa yang saya dan suami lakukan? Keesokan harinya kami mengunjungi dokter SPOG di BWCC, dokter Agriana. Mungkin karena hasil TP masih samar, kantung baru terlihat seminggu kemudian. Umur kandungan saya saat itu diprediksi sudah menginjak 6 minggu. Kami tidak berbagi kehabagiaan kami melewati media sosial seperti yang sering dilakukan kebanyakan orang. Saat itu kami hanya memberitahukan kebahagiaan kami ini pada keluarga terdekat, bahkan teman kantor pun tidak kami beri tahu. Kenapa? Karena saya dan suami pernah merasakan ada di posisi menanti keturunan yang tak sebentar. Jika ada sahabat kami yang berbagi kebahagiaan dengan share TP hasil positif atau foto hasil USG, kami turut bahagia tapi tidak bisa dipungkiri hati kami sedikit terguncang, seperti berkata "Kapan giliran kami ya Allah." Oleh karena itu saya dan suami menghindari share tentang kehamilan di media sosial. Kita lebih fokus untuk menjaga agar perkembangan janin selalu baik dan sehat. Hanya itu.

Poin-poin penting yang bisa saya ambil dari pengalaman menakjubkan saya ini adalah:
  1. Jangan pernah berprasangka buruk pada Allah, berdoa tanpa henti, lakukan ibadah wajib dan sunah seoptimal mungkin. Kalau saya biasa membaca surat Maryam ayat 1-11 setelah sholat wajib dan sunah.
  2. Sayangi orang tua, terutama ibu. Dengarkan nasihat-nasihat mereka. Jika mendapatkan rejeki lebih jangan lupa untuk berbagi pada mereka. Karena memberi kepada orang tua tidak akan membuat kita miskin. Bahagiakan mereka dengan cara sekecil apapun.
  3. Sedekah. Berbagi kepada yang membutuhkan. Kalau kata Mbah Citro jangan mikirin nominal harus besar, yang penting ikhlas.
  4. Ikhtiar atau berusaha. Jangan pernah menyerah, teruslah berusaha semaksimal yang kamu bisa. Jangan hanya karena sudah pernah gagal di satu program hamil, membuatmu tidak ingin lagi mencoba kembali. Seperti saya gagal di satu dokter kandungan, saya mulai kembali di dokter kandungan lain. Gagal di satu tukang pijat, saya cari alternatif lain seperti pijat refleksi. Satu suplemen tidak berhasil cari referensi lain yang menjelaskan tentang suplemen lain yang bisa dikonsumsi untuk mempersiapkan kehamilan. Percayalah, Tuhan sudah menentukan kapan tepatnya kita diberikan keturunan. Bisa jadi Tuhan hanya ingin melihat sejauh apa usaha kita dalam menanti keturunan. Sesering apa kita bangkit setelah terjatuh karena kegagalan. Atau bahkan Tuhan hanya ingin mendengar doa-doa kita yang lebih sering dari biasanya. Tidak ada yang tahu pada usaha yang mana dan keberapa akhirnya kita berhasil. Pilih saja, hanya diam atau berusaha tanpa lelah.
Sekian pengalaman program hamil dari saya, semoga bermanfaat. Dan mohon doa-nya agar insyaallah putra kami dapat lahir dengan selamat, sehat dan normal. Aamiin.

The Miracle Pregnancy (Part III)

Selama program hamil ke dokter kandungan dan melakukan pola hidup sehat, saya dan suami juga mengonsumsi beberapa macam suplemen dan vitamin. Saya lupa tepatnya, apakah kami lakukan paralel atau pada saat kami dalam masa istirahat dari program hamil ke dokter.
Saya mulai dari suplemen dan vitamin yang saya makan selama program hamil. Pertama, Blackmores I-Folic. Setelah mencari beberapa review di internet dan dari teman-teman terdekat, mereka merekomendasikan Blackmores I-Folic sebagai sumber asam folat dalam mempersiapkan kehamilan. Ukuran pilnya sangat kecil, mirip dengan folavit. Diminum 1x sehari, dengan dosis asam folat per tabletnya sebesar 500 mcg.


Kedua, Ever E sebagai sumber vitamin E dengan dosis 250 iu. Saya membaca di beberapa artikel, sebenarnya kebutuhan vitamin E untuk mempersiapkan kehamilan dengan dosis 100 iu sudahlah cukup. Hal ini berdasarkan kemampuan tubuh menyerap vitamin per harinya. Konsumsi vitamin E dengan dosis terlalu tinggi dan dikonsumsi daily juga kurang baik untuk tubuh. Biasanya kalau program hamil ke dokter, dosis vitamin E yang diberikan sebesar 400 iu. Saya sempat mengonsumsi vitamin E dengan dosis 400 itu, tidak lama karena saya mengonsumsinya tanpa resep dokter, mereknya Santa-e (FYI santa-e ini adalah pil kunyah rasa cokelat).



Ketiga, saya dan suami mengonsumsi Habbatussauda atau dikenal juga dengan jinten hitam. Dalam agama kepercayaan kami, jinten hitam dikenal sebagai obat alami, penyembuh berbagai macam penyakit kecuali kematian. Bagi yang aktif di instagram, coba deh cari dokter Bowono Suryo. Beliau banyak menangani promil dan masyaallah melaluinya, sudah banyak yang berhasil memiliki keturunan. Saya mengetahui manfaat Habbatussauda untuk promil pun setelah memlihat postingan di IG-nya beliau.


Keempat, ini adalah suplemen wajibnya suami saya, yaitu Oligocare. Suplemen ini membantu para pria untuk memperbaiki jumlah dan kualitas spermanya. Dan terbukti pada suami saya, dilihat dari perbedaan hasil tes sperma sebelum dan sesudah mengonsumsi oligocare. 


Itulah beberapa suplemen yang kami konsumsi selama program hamil. Apakah setelah itu saya dan suami langsung diberi keturunan? Belum. Tak lama dari rangkaian usaha kami untuk mendapatkan keturunan, Tuhan tengah mempersisapkan kabar bahagia itu.

The Miracle Pregnancy (Part II)

Program hamil selanjutnya yang kami lakukan adalah mencoba gaya hidup sehat. Makan banyak sayur, buah, makanan berprotein dan olah raga. Sebenarnya pola hidup sehat ini kami lakukan paralel saat program hamil ke dokter kandungan. Tapi karena saya lupa kapan pastinya, maka saya pisahkan penjelasan mengenai promil dengan pola hidup sehat ini.

Olah raga yang kami lakukan adalah lari pagi. Setelah melaksanakan sholat subuh, kami bersiap untuk lari pagi di sekitar komplek rumah. Kami memilih waktu yang sangat pagi ini karena kami harus beranfkat kerja jam 7 paginya. Emang dasarnya nggak pernah olah raga, sekalinya olah raga badan langsung terasa pegal. Beberapa minggu kami berdua rutin lari pagi, hingga akhirnya saya berhenti dan hanya suami saya yang melanjutkan. Kenapa? Setelah membaca beberapa referensi mengenai olah raga yang cocok untuk program hamil, ternyata renang dan yoga adalah yang paling direkomendasikan. Kebetulan saat itu sulit menemukan tempat berenang di sekitar lokasi rumah kontrakan kami. Sehingga saya memutuskan untuk beryoga hanya dengan mermodalkan video yang saya dapatkan dari youtube. Bahkan beberapa kali saya sempat melakukan HIIT untuk menurunkan berat badan. HIIT tidak direkomemdasikan untuk program hamil karena terlalu berat dan hanya akan membuat kita kelelahan.

Untuk masalah makanan, kami mengurangi membeli makanan cepat saji diluar. Saya memasak sendiri bahkan untuk makan siang. Sayuran hijau dan juga toge adalah menu wajib. Buah-buahan yang kami konsumsi seringnya adalah semangka, melon, buah naga, jeruk dan pisang. Buat suami diutamakan semangka karena dipercaya dapat meningkatkan jumlah sperma, sedangkan saya lebih sering pisang dan terkadang alpukat untuk asupan asam folat. Dan untuk protein hewani, kami memilih daging, telur ayam dan susu. O iya hampir lupa, untuk suami saya juga membuat campuran kuning telur bebek dan sari (bagian tengah) buah nanas, ditambahkan sedikit madu 3x kali dalam seminggu. Campuran ini dipercaya dapat meningkatkan jumlah dan kualitas sperma pada pria. Berikut cara membuatnya:
- Ambil bagian tengah dari satu buah nanas, blender, kemudian peras. Ambil sarinya.
- Pisahkan kuning telur bebek mentah, pindahkan ke dalam gelas bersih
- Campurkan sari buah nanas dengan kuning telur dan sedikit madu. Aduk hingga tercampur satu sama lain, indikatornya adalah campuran menjadi encer.
- Larutan siap diminum.

Pola hidup sehat yang kami terapkan ini membuat berat badan kami turun beberapa kilo, terutama saya dari 53kg menjadi 48kg. Masih cukup ideal, untuk saya yang memiliki tinggi badan 155cm. 

Itulah gaya hidup sehat yang kami terapkan  selama program hamil, walaupun Tuhan masih menyuruh kami berdua untuk berikhtiar lebih keras lagi. 


The Miracle: Pregnancy (Part I)

Assalamualaikum...

Pada bagian prologue sebelumnya, saya sudah menjelaskan beberapa poin umun yang saya dan suami lalui selama masa penantian diberikan keturunan ini. Poin pertama adalah promil dengan mengunjungi dokter kandungan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kami melakukan promil sebelum genap 1 tahun pernikahan dikarenakan siklus menstruasi saya yang tidak menentu.

Dokter kandungan pertama yang saya kunjungi adalah dokter Ineke di Awal Bros Tangerang. Kenapa dokter Ineke? Setelah mencari beberapa review mengenai promil di daerah Tangerang melalui situs IbuHamil.com, nama dokter Ineke beberapa kali muncul. Kemudian saya mulai mencari profil beliau di mbah google, dan akhirnya kami memantapkan hati untuk memulai program hamil pertama kami dengan mengunjungi dokter Ineke. Dan satu lagi, saya dan suami sangat mengutamakan dokter wanita, karena menurut agama kepercayaan kami, dokter kandungan wanita lebih diutamakan, terkecuali ada kasus-kasus tertentu yang tidak memungkinkan adanya dokter wanita di daerah kita tinggal.

Kesan pertama berjumpa dokter Ineke adalah ramah dan aktif. Saya merasa nyaman konsultasi dengan beliau. Setelah diperikasi menggunakan usg transvaginal, ternyata saya memiliki gangguan hormon yang mengakibatkan ukuran sel telur kurang dari 18mm di rentang masa subur wanita pada umumnya. Sempat berfikir terkena pcos karena ukuran sel telur yang begitu kecil, namun hasil usg tidak menunjukkan lebih dari 3 sel telur kecil yang berkumpul. Selain itu, saya juga didiagnosis retrofleksi, dimana rahim menghadap belakang, dan dokter Ineke menyarankan saya dan suami melakukan (maaf) doggy style saat berhubungan. Dari hasil kunjungan pertama, saya di diberikan resep obat folavit dan pil hormon progesteron, serta diberikan jadwal berhubungan dalam sebulan. Jika dalam satu bulan belum juga diberikan keturunan, saya diminta untuk konsultasi kembali dengan beliau.

Selama 3 bulan berkonsultasi dengan dokter Ineke, saya diberikan resep yang sama dan juga jadwal berhubungan seperti biasa. Dan alhamdulillah siklus haid saya mulai normal, walaupun harus bergantung dengan pil hormon. Selama 3 bulan itu pula saya dan suami belum juga dikaruniai buah hati. Kemudian dokter Ineke memberikan surat rujukan tes sperma pada suami. Dan tes hormon suami menunjukkan hasil yang kurang baik, terutama jumlah sel sperma aktif yang kurang dari batas minimum. Itulah masa dimana suami saya mulai merasa menjadi alasan kami belum juga diberikan keturunan (selain karena Tuhan belum menghendaki). Setelah itu apa yang kami lakukan? Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mencari alternatif pengobatan lain sambil menerapkan pola hidup sehat. Mengenai pengobatan alternatif dan pola hidup sehat ini akan saya jelaskan lebih lanjut di Part lain.

Selang setengan tahun, saya dan suami memutuskan untuk melakukan promil lagi dengan dokter yang berbeda atas rekomendasi dari sahabat saya. Dokter kandungan kedua kami adalah dokter Agriana di BWCC. Kami merasa lebih mantap untuk melanjutkan program hamil karena usia pernikahan kami yang sudah melebihi 1 tahun, dimana memang di umur segitu promil baru dianjurkan.

Kesan pertama bertemu dokter Agriana, powerful, aktif, informatif dan sangat memotivasi. Seperti biasa saya diperiksa usg transvaginal terlebih dahulu. Hasilnya seperti biasa sel telur kecil, karena setelah berhenti promil dari dokter Ineke siklus haid saya kembali acak-acakan. Di kunjungan pertama ini, saya diberikan resep pil penyubur (asam folat tidak masuk dalam resep karena saya sudah mengkonsumsi blackmores I-folic), selain itu saya diberikan surat rujukan untuk tes HSG H+9 atau 10 dari hari pertama haid, dan suami saya diberikan rujukan tes sperma. Karena hasil tes sperma yang pernah suami saya lakukan sebelumnya sudah terlalu lama, maka dokter menganjurkan untuk dilakukan tes ulang.

Saya dan suami melakukan tes setelah satu bulan, karena saya harus menunggu hingga haid berikutnya baru bisa melakukan tes. Dan selama satu bulan itu pula suami mengkonsumsi Oligocare dan buah semangka yang dipercaya dapat meningkatkan jumlah sperma aktif.

Mencari rumah sakit yang memiliki fasilitas HSG di daerah Tangerang dan Tangerang selatan memang sangatlah mudah, namun mendapatkan harga pas di kantong dan dokter wanita cukup sulit. Tes HSG dilakukan oleh dokter Radiologi yang didominasi oleh dokter pria, sekalinya dapat dokter wanita jadwal tidak cocok atau harga yang tidak cocok. Hingga ketika nyaris hopeless, kami memilih rumah sakit An-Nisa Tangerang untuk tes HSG. Selain karena disana dokter radiologinya wanita, juga harganya yang sangat murah, yaitu hanya 900ribu. Sebelum cerita lebih lanjut saya akan share beberapa rumah sakit di Tangerang dan Tangerang Selatan beserta harga untuk tes HSG-nya.
1. Awal Bros - 1,5jt
2. Bethsaida - 1,6jt
3. Sari Asih - 1,4jt
4. Eka Hospital - 2jt
5. Siloam - 2jt
6. RS Permata Pamulang - 1,2jt
7. RS An-Nisa - 900rb
8. Hermina - 1,5jt

Budget saya dan suami untuk tes HSG ini adalah under 2jt, banyak pilihan memang tapi menemukan dokter wanita dengan jadwal yang pas yaitu weekend atau jam pulang kantor sangatlah sulit, hingga akhirnya kami menemukan RS An-Nisa yang memenuhi semua kriteria. Alhamdulillah.

Hasil tes HSG menunjukkan hasil paten, tidak ada penyumbatan di saluran tuba falopi. Hasil tes sperma suami pun jauh lebih baik dibandingkan tes sperma pertama. Tantangan selanjutnya adalah memperbaiki ukuran sel telur saya.

Awalnya saya diberi pil penyubur 1x dosis. Karena tak ada perubahan yang signifikan pada sel telur, dosis pun ditambah menjadi 2x. Siklus haid saya kembali normal, tapi tak berlangsung lama. Pada bulan kedua saya mengonsumsi 2x dosis pil penyubur, siklus haid saya menjadi 60 hari. Saya sempat Ge-Er, jangan-jangan saya hamil, tapi beberapa kali tespack hasilnya selalu negatif. Saya dan suami masih disuruh untuk ikhtiar.

Promil di BWCC ini kami mulai pada bulan juli 2018 dan kami akhiri di bulan oktober 2018. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sekaligus mencari alternatif lain untuk melanjutkan program hamil.

The Miracle: Pregnancy (Prologue)

Assalamualaikum
Salam Hangat untuk para pejuang promil di seluruh penjuru nusantara.

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba berbagi pengalaman saya dalam menanti keturunan hingga hampir dua tahun. Mungkin penantian dan perjuangan saya ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para pejuang lainnya yang mungkin hingga detik ini masih menanti keturunan.

Awalnya saya dan suami sangat santai menyikapi masalah keturunan ini, karena kami yakin semuanya sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Kita hanya perlu bersabar dan berdoa. Hingga pada titik tertentu saya dan suami memutuskan untuk program hamil.

Pemicu utama kami memutuskan program hamil di usia pernikahan yang belum genap satu tahun adalah siklus menstruasi saya yang sering maju mundur denfan rata-rata siklus haid 40 hari, bahkan beberapa kali pernah lebih lama lagi. Sempat Ge-Er, tapi setelah test pack ternyata hasilnya masih negatif.

Sebelum berlanjut pada cerita yang lebih lengkapnya mengenai perjalanan saya dan suami dalam menanti keturunan, ada beberapa poin yang akan saya bahas sebagai berikut:

Ada 4 poin umum yang selama kurang dari 2 tahun saya dan suami lalui. Dan dalam setiap poin selalu dibarengi dengan doa, ibadah sebanyak-banyaknya, sedekah dan berserah. Bocoran sedikit, usaha termanjur dari semua ini adalah selalu berfikir positif atas kehendak Tuhan. Tuhan lebih tahu waktu terbaik bagi kita para pejuang promil mendapatkan apa yang kita inginkan, dan mudah bagi Tuhan untuk mempercepat dan memperlambat kita untuk mendapatkan keturunan. Jika ada yang bertanya "kapan punya anak?", walau sulit tapi senyumin aja dan jawab "belum dikasih sama Tuhan" :).

See you on next part of this miracle story.