Perjuangan seorang Ibu begitu besar saat melahirkan. Tak berhenti dari situ, selanjutnya seorang Ibu harus berjuang selama 6 bulan paska melahirkan bahkan sampai 2 tahun untuk memberikan ASI bagi buah hatinya hingga titik darah penghabisan. Kenapa? Karena setiap Ibu memiliki pengalaman dan kesulitan berbeda-beda dalam memberikan ASI. Ada tipe Ibu dengan produksi ASI melimpah sampai bisa bikin kolam mandi 7 bidadari, ada juga Ibu dibelahan bumi sana yang harus berdarah-darah mempertahankan produksi asinya selalu lancar dan cukup untuk memenuhi kebutuhan ASI anaknya. Pertanyaannya, aku masuk dalam tipe mana? Alhamdulillah, tentu saja yang berdarah-darah memperjuangkan produksi ASI :)).
Selama hamil aku rajin memgonsumsi Blackmores Pregnancy & Breast Feeding. Selain kaya akan vitamin untuk Ibu Hamil, juga baik untuk mempersiapkan proses mengAsihiku setelah melahirkan. Dan memang ini ngaruh banget buat aku. Setidaknya aku bisa memberikan Asi secara langsung meskipun perlu dibantu Paraji melalui pijatan pada payudara. Asiku kental, tapi produksinya tidak melimpah, bahkan seringnya selalu habis terkuras selama DBF (Direct Breast Feeding). Aku memiliki tipe PD gentong kecil. Gentong kecil kan tidak mempengaruhi produksi Asi, Bun? Iya, bener banget. PD kecil tidak mempengaruhi produksi Asi, dalam arti Asi akan selalu ada tapi limit daya tampungnya yang berbeda-beda. Misal PD udah keras banget dalam 2 sampai 3 jam, sampai ASI ngerembes. Si Gentong kecil kalo dipompa paling mentok di 200 sampai 300ml dari 2 PD. Makanya Gentong kecil dengan produksi Asi yang baik harus sering dipompa, PD harus sering dikosongkan untuk akhirnya terisi kembali.
Selama cuti, aku mendahulukan DBF. Dan memang sulit sekali mencari waktu untuk pumping dan mulai memanage stok ASIP. Setiap mau pumping pasti baby El kebangun minta mimik. Aku pun di awal menyusui nggak rajin pumping karena balada puting lecet dan hasil pumping setelah DBF begitu menyedihkan, hanya basahin botol aja :'D. Akhirnya aku memperkuat tekad untuk nabung ASIP, minimal 20 kantong sebelum masuk kerja. Alhamdulillah aku didukung penuh sama suami dan sahabat laktasiku. Yang diawal niat cuma nabung 20 ASIP akhirnya bisa nabung 60 ASIP. Gimana caranya? Nyicil. Dari hasil power pumping tengah malam dan dari hasil tampung menggunakan Silicon Breast Pump Manual. Aku pake yang no merek dikasih adikku. Kalau mau yang bermerek, bisa pakai merek Mooimoom.
Setelah masuk kerja, ternyata perjalanan awal pejuang ASI Ibu pekerja tak semudah yang dibayangkan. Aku bisa pumping 4 kali atau 2 jam sekali di tempat kerja, tapi kerjaanku yang sebagai user alat tes di Laboratorium keteteran. Alhasil aku kurangi menjadi 3 kali pumping. Hari pertama bekerja, aku membawa pulang 3 kantong ASI @ 120ml. Saat itu kebutuhan Baby El 5-6 kantong ASI selama hampir 12 jam aku tinggal kerja. Aku sudah merasa ketar ketir. Tapi suami menyemangati, jalani dulu, kita usaha dan pasrahkan untuk hasilnya pada Allah. Setelah 5 hari, hasil pumpingku tidak memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Aku memutuskan untuk mengonsumsi ASI booster. ASI booster pertamaku Mamabear Soya Mix. Ini tidak terlalu pengaruh sama aku. Akhirnya kuganti lagi dengan Asifit. Alhamdulillah mulai ada peningkatan. Tapi nambahnya mentok di 20 ml masing-masing PD. Aku bisa bawa pulang 3,5 kantong ASI. Menyadari hasil pumpingku selama di kantor masih kurang mencukupi, suamiku memberi saran padaku untuk pumping di malam hari setelah Baby El tidur. Awalnya aku menolak, bahkan pengen nangis karena jadi takut kelelahan kurang tidur dan malah bikin produksi ASI makin seret. Tapi akhirnya aku coba. Saat itu baby El lagi aktif-aktifnya di siang hari dan terlelap tidur di malam hari. Terbangun hanya sesekali untuk mimik sebentar. Alhasil aku bisa 2x pumping jeda 2 jam, yaitu jam 2 dan 4 dini hari. Lumayan bisa nambah 2 hingga 2.5 kantong ASI. Total dengan hasil pumping aku di kantor menjadi 6 kantong.
from: Google |
from: Google |
Dari asifit, aku mulai mencoba Mamabear Teh Pelancar ASI. Ini cukup ngaruh di aku walaupun ga banyak. Cara penyajiannya cukup diseduh dengan air yang baru saja dididihkan, tunggu selama 10 menit sebelum diminum. Tapi karena di kantor hanya ada air panas dari dispenser, aku ngerasa proses penyeduhannya kurang optimal.
from: Google |
Dari teh pelancar asi Mamabear, aku beralih ke Kelorcap (ekstrak daun kelor dalam kapsul). Asi Booster ini diclaim bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas Asi. Niat awal aku milih Kelorcap ini karena jika kuantitas nggak ningkat setidaknya kualitasnya. Kandungan lemak Asiku lebih banyak dan baby El pun jadi lebih mudah kenyang. Tapi alhamdulillahnya produksi aku pun ikut meningkat, bahkan sempat bikin PD kananku ngebagel karena nggak aku pompa. Jadi kebiasaanku saat weekend adalah mengutamakan DBF. Adapun pumping aku lakukan dini hari, itu pun kalau baby El nggak sering kebangun minta mimik pada dini hari. Kelorcap yang aku konsumsi hingga saat ini merek Lullabee, kenapa nggak Mom Uung yang lebih terkenal? Alasannya simple, karena Lullabee lebih murah. Hehe. Satu botol isi 50 kapsul dibandrol 75 ribuan saja. Aku minum 2 kapsul, 3 kali dalam satu hari. Kalau dirasa produksi ASI udah luber-luber alias PD dikit-dikit kenceng, konsumsi bisa dikurangi menjadi 1 kapsul, 3 kali dalam sehari. Setelah konsumsi daun kelor ini, aku bisa bawa pulang 4-5 kantong ASI dari tempat kerja. Dan kebetulan saat ini baby El aktif di malam hari dan tertidur pulas selama ditinggal kerja. Maksimal dia cuma abisin 5 kantong asi, seringnya hanya 4 kantong asi.
from: Google |
Pernah ngalamin mommy shaming selama mengAsihi nggak sih, Bun? Pernah banget bahkan dari orang terdekat, yaitu mertua aku sendiri. Aku tinggal masih dengan mertua. Bisa dibayangkan awal-awal mengAsihiku nightmare nya kaya gimana. Nangis udah jadi makananku tiap hari karena kalimat-kalimat ajaib seperti, "Keluar nggak sih asinya?", "Nggak kenyang tuh, makanya tidurnya sebentar-sebentar.", "Pake dot aja, itu asinya ngga deres.", "Jangan makan pedes, nanti Asinya pedes." Dan masih banyak lagi, semua disponsori oleh mulut mertua. wkwkwk... Tapi setelah dijalani meskipun masih suka dongkol, aku mulai terbiasa dan membiarkan semuanya bagai angin lalu dan serpihan debu yang tak kasat mata. Aku meyakinkan diri aku, bahwa aku bisa, aku kuat.
Pakai alat pumping apa, Bun? Aku pakai pompa elektrik merek Spectra 9 Plus. Awalnya aku pakai handsfree untuk memudahkan selama di tempat kerja dan katanya hasil pumpingnya relatif lebih banyak dibandingkan dengan corong bawaan. Tapi balik lagi, yang namanya alat pompa itu cocok-cocokan. Selama menggunakan handsfree, PD-ku jadi sering ngebagel bahkan puncaknya pernah keras kaya papan dan nggak bisa sembuh sebelum dimimik-in langsung ke baby El. Selama di kantor nahan sakit yang luar biasa, rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum bercampur meriang. Akhirnya aku putuskan kembali menggunakan corong bawaan spectra. Dan alhamdulillah pengosongan PD relatif lebih optimal, aku udah makin jarang ngerasain ngebagel lagi di area PD aku, dan di aku hasil pumping jadi lebih banyak dibanding menggunakan handsfree.
from: Google (Spectra 9+) |
from: Google (Handsfree Cup Spectra) |
Managemen Pumping-nya kaya gimana selama di tempat kerja, Bun? Aku bagi jadi 3 sesi, yaitu 9 pagi, 1 siang dan 4 sore. Kadang aku bisa 4 kali kalau tiba-tiba produksi ASI turun yang disebabkan weekend over leha-leha. Jam 9 pagi aku rutinin power pumping, karena aku dual pump jadi waktunya 20 menit pumping, 10 menit rehat, 10 menit pumping, 10 menit rehat lagi, lalu 10 menit pumping lagi, total 1 jam pumping. Jam 1 siang, aku pumping 20 menit, rehat 10 menit, pumping lagi 10 menit. Jam 4 sore, aku pumping 20 menit, rehat 10 menit, 10 menit pumping lagi. Kok pumping di jam 1 siang dan 4 sore kaya gitu metodenya bun? Karena aku dapet saran dari teman kantor yang sudah jauh berpengalaman, dengan metode rehat 10 menit itu hasilnya lebih banyak dibanding 30 menit tanpa rehat. Dan itu ngaruh di aku. Biar lebih optimal lagi bisa lanjut Marmet setelah pumping. Marmet apa sih, Bun? Itu metode memerah Asi menggunakan tangan. Tutorialnya bisa lihat di youtube atau mbah google.
Bun, review spectra 9+ nya dong. Aku nyaman pakai spectra, dan belum bisa compare dengan merek lain karena memang belum pernah coba, hehe. Tapi aku mau berbagi tips buat sesama pengguna spectra 9+. Ada dua mode di Spectra 9+ ini, mode massage lv. 1-5, dan mode expression lv. 1-10. Mode massage digunakan untuk memancing LDR, sedangkan mode expression untuk menyedot ASI saat LDR sudah tercapai. Kalau lagi mager, kadang aku pakai mode massage lv. 5 dari awal hingga akhir. Kalau lagi semangat 45, aku pakai tahapan sebagai berikut:
- Mode Massage lv. 5 hingga LDR (biasanya kalau aku 1 menit udah LDR)
- Mode Expression lv. 6 sampai LDR habis (biasanya LDR bisa tahan di aku sampai 5 menit)
- Mode Massage lv. 5, kalau bisa LDR lagi bisa langsung switch ke mode expression lv. 6 lagi, kalau nggak kepancing lagi LDR-nya ya mentok di mode massage lv. 5 sampai sesi pumping berakhir.
Cara tahu udah LDR gimana, Bun? Ujung puting kaya kesemutan, atau bisa lihat di corong ASI keluar lebih banyak, atau bisa juga dengan suara kucuran ASI yang bikin bahagia dunia akhirat di dalam botol.
Mode expression kan levelnya bisa sampai 10, kok cuma pake lv. 6, Bun? Nah, kalau ini sih berdasarkan pengalaman. Memang disarankan untuk menggunakan mode expression bertahap dari lv. yang lebih rendah, tapi kalau di aku lv. 6 ini adalah yang paling optimal. Bahkan kadang hanya menggunakan mode massage lv. 5 aja buat aku udah cukup.
Buat para pejuang ASI diluar sana, terutama yang tipe berdarah-darah kaya aku. Semangat ya. Kalian tidak sendiri. Percayalah setiap Ibu pasti bisa mengAsihi, setiap Ibu punya jalan dan perjuangannya masing-masing. Sering-seringlah melihat ke bawah jangan ke atas. Masih banyak di luar sana yang lebih kurang beruntung dibanding kita, tapi tetap masih bisa kuat memberi yang terbaik untuk anaknya. Syukuri berapapun hasil pumpingnya dan jangan jadikan sesi pumping sebagai target tapi jadikan sebagai aktivitas penuh kebahagiaan tanpa tekanan. Perbanyak makan 3-4 kalo dalam sehari, dan perbanyak minum air putih minimal 2 liter per hari. Berbahagialah para pejuang ASI.