Novel, Movie & Based On True Story

Hi Guys!
Sudah sekian lama blog ini gue tinggalkan tanpa jejak...
Kangen?
SO MUCH!!!

Langsung aja gue bahas dulu kenapa tiba-tiba aja, nggak angin nggak hujan, gue ambil judul "Novel, Movie & Based On True Story". Why? Karena pada awalnya gue sedikit terganggu dengan nada-nada kecewa dari beberapa penikmat film yang diangkat dari sebuah novel. Sering kali gue nonton film yang diangkat dari sebuah novel dan pada saat yang sama gue mendengar beberapa orang terlihat kecewa karena apa yang mereka lihat tidak sesuai dengan apa yang mereka baca di novel.

Sebaiknya gue sebutkan dulu beberapa film yang diangkat dari sebuah novel. Pertama, ada Da Vinci Code yang ditulis oleh Dan Brown sekitar tahun 2003 yang kemudian dibuat menjadi sebuah film pada tahun 2006.    Gue membaca novelnya terlebih dahulu, dan cukup kaget ketika tahu kalau ceritanya diangkat menjadi sebuah film. Jujur, gue udah ngira kalau durasi film nya bakalan mendekati 3 jam mengingat ketebalan novel yang beda tipis sama text book science alias tebel pake banget. Tapi ternyata dugaan gue meleset, durasi film tidak sampai 2 jam. Selain Da Vinci Code ada pula Harry Potter, Twillight, etc. Sedangkan di Indonesia, ada film Dealova, Eiffel I'm In Love, Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta, dll.





Apakah wajar beberapa orang kecewa karena film yang mereka tonton tidak begitu mirip dengan novel? Bisa Ya bisa Tidak. Ya, jika memang sutradara film nya merubah beberapa cerita di dalam novel menjadi sesuatu yang baru dan tidak begitu disukai oleh penikmat film, atau kasarnya selera sang sutradara tidak cocok dengan harapan penonton. Tapi, apakah mereka (si pembaca novel) sadar kalau pada saat mereka membaca novel, maka pada saat yang sama mereka akan membayangkan jalan cerita, tokoh-tokohnya sampai latar tempatnya. Bisa saja yang terbayangkan oleh kita pada saat membaca novel tersebut tidak terdapat di dunia nyata saking liar-nya khayalan kita dalam menggambarkan apa yang saat itu kita baca dari novel. Jujur, gue lebih suka membaca novel ketimbang nonton film karena pada saat membaca novel kita bisa berkhayal semau kita, nggak ada yang ngelarang, nggak ada yang kecewa dengan apa yang gue khayalkan karena cukup gue yang menikmati. Begitupun dengan orang lain, dan pastinya masing-masing dari kita punya imajinasi yang berbeda, punya kreatifitas dalam berkhayal yang berbeda, tapi justru itu akan menambah keindahan suatu cerita dalam novel yang kita baca. Meskipun begitu, gue nggak memandang sebelah mata film yang diangkat dari sebuah novel. Dan menurut gue itu tercipta untuk kita nikmati bukan untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan. Apapun bentuk sebuah karya seni adalah untuk dinikmati, bukan untuk dikomentari, dibandingkan, apalagi diperdebatkan.

Dari novel yang diangkat menjadi sebuah film, mari kita beranjak ke film yang berasal dari kisah nyata. Nah, ini nih yang paling gue suka, dan juara banget, pokoknya recommended banget buat ditonton! Why? 

Ketika gue nonton film yang diangkat dari kisah nyata, mau nggak mau, secara otomatis, gue bakal ngebayangin bagaimana ketika dulu kejadian yang dikisahkan dari film gue tonton itu terjadi. Jadi, selain gue menikmati karya film nya, gue juga membayangkan bagaimana orang yang asli mengalami itu semua. Langsung aja deh gue tembak satu film, karena film ini yang membuat gue bikin postingan ini, "The Conjuring". Tingkat kesereman dari film ini sebenarnya nggak setinggi film sodako atau jelangkung, tapi film ini mampu menarik banyak orang untuk menontonnya. Dan yang gue yakini kenapa banyak orang yang tertarik untuk menonton film ini karena ceritanya berasal dari kisah nyata. Pasti, sebagian besar orang yang hendak menonton film ini, sebelumnya mencari terlebih dahulu bagaimana kisah nyata dari film The Conjuring ini. Bahkan keingintahuan tentang tokoh aslinya, tempat aslinya, cerita aslinya, kehidupan tokoh-tokoh aslinya dimasa sekarang itu jauh lebih besar ketimbang nonton filmnya. Itu pada awalnya. Kemudian setelah itu, calon penonton mulai tertarik melihat trailer-nya, dan tanpa ragu-ragu menuju bioskop terdekat untuk menontonnya. Itu hipotesa gue, yang mungkin sebagian besar orang merasakannya.

Lewat postingan gue kali ini, gue hanya ingin berpesar, hargailah sebuah karya seni. Karya seni ada hanya untuk dinikmati. Karya seni bukanlah sebuah wadah untuk sebuah perdebatan. Dan mengenai imajinasi kita ketika membaca sebuah novel itu adalah suatu karya seni paling alami dan paling indah yang pernah tercipta. Trust me! :')