Duplicate, Who are you?

-->

Kenalkan, namaku Ratih. Aku tinggal di seputaran Cibiru bersama nenek dan beberapa sanak saudaraku. Rumah nenek ku ini tepat berada di samping makam keluarga, tapi bukan keluargaku melainkan keluarga tetanggaku. Biar ku jelaskan terlebih dahulu gambaran mengenai rumah nenekku ini. Rumah yang lebih mirip kost-kostan, terdapat sekitar 10 kamar ( 5 kamar berderet sejajar dan 5 sisanya berderet di seberangnya). Lima kamar yang satu dengan lima kamar yang lainnya di pisahkan oleh kebun. Sederhananya, bayangkan rumah nenekku ini seperti letter U.
Kamarku ada diantara kamar kakak sepupuku dan kamar uwaku. Malam itu sekitar pukul sepeuluh malam, kamarku penuh dengan bungkusan-bungkusan dengan berbagai ukuran yang berisi bermacam-macam hadiah. Saat itu, mesjid di daerah tempat tinggalku sedang mengadakan acara lomba dalam rangka memperingati maulid nabi, dan kebetulan kakak sepupu ku lah yang menjadi panitianya. Karena kamar kakak ku relatif lebih sesak dibandingkan kamarku, maka kamarku lah yang dijadikan tempat membungkus sekaligus menyimpan hadiah-hadiah untuk pemenang lomba.
Aku yakin sekali kalau yang tadi lewat itu adalah nenekku, karena baju yang ia kenakan persis sekali dengan baju yang sering dipakai nenekku, hijau telur asin dengan motif bunga

Saat itu di kamarku ada kak Vera, Kak Cindy (teman kak Vera), dan tentu saja aku. Pintu kamar sengaja ku biarkan terbuka karea malam itu udara terasa cukup panas. Walaupun aku bukan bagian dari panitia, tapi aku ikut membantu kak Vera untuk membungkuskan hadiah-hadiah yang telah di persiapkan. Posisi aku saat itu membelakangi pintu, sedangkan kak Vera dan kak Cindy berada di atas kasur dan menghadap kearah pintu. Kak Cindy dan kak Vera nampak asik ngobrol tentang hal yang aku tidak mengerti, sehingga membuatku bosan menjadi kambing congek saat itu. Dengan alas an ingin menghirup udara segar, aku membalikan sebagian tubuhku yang tengah duduk kearah pintu sambil menghela nafas. Berbarengan dengan itu aku bisa melihat ada seseorang melintas dihadapan kamarku kearah kamar uwa yang tepat berada di samping kamarku. Aku yakin sekali kalau yang tadi lewat itu adalah nenekku, karena baju yang ia kenakan persis sekali dengan baju yang sering dipakai nenekku, hijau telur asin dengan motif bunga. Namun aku merasa ada yang janggal, biasanya nenek selalu menyapaku jika tengah melewati kamarku, apalagi kamarku saat itu terbuka lebar. Selain itu, karena nenekku sudah cukup tua, maka langkah kaki nya pun sudah melemah, bahkan bila dia berjalan dengan sandal jepitnya itu akan terdengar suara gesekan antara sandal dengan lantai. Sedangkan yang tadi aku lihat, dia berjalan dengan cepat, tidak terdengar gesekan sandal. Untuk memastikan aku melihat keluar, kearah sosok tadi berjalan. Sontak aku kaget menlihat kamar uwa gelap, aku baru ingat kalau uwa sedang ke ciamis, dan berniat untuk menginap beberapa hari disana. Kemudian aku melihat kea rah kamar nenekku yang berada di dekat kamar kak Vera. Kamar nenekku tertutup, biasanya itu pertanda bahwa nenekku sudah tidur, karena jika dia belum tertidur, pintu kamar pasti dia biarkan terbuka. Keringat dingin mulai mengucur di wajahku. Melihat aku yang tiba-tiba tegang, kak Vera dan kak Cindy bertanya apa yang terjadi sehingga aku nampak begitu ketakutan. Tapi aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku bingung harus memulai cerita dari mana. Kak Vera hanya menyuruhku istirahat, dia fikir aku kelelahan karena sudah sekitar 2 jam membantu membungkuskan hadiah-hadiah pemenang lomba. Pertanyaannya, siapa tadi yang lewat di depan kamarku dengan menggunakan baju nenek.

Cerita Sita Kecil




Ruang Gelap
Saat itu Sita berumur 5 tahun. Pada waktu itu, Sita masih tidur bersama kedua orang tuanya, dengan alasan takut bila tidur ditinggal sendiri meskipun lampu dinyalakan. Maka Sita pun tidur bersama kedua orang tuanya dengan lampu kamar yang dimatikan. Awalnya Sita tidak merasakan hal-hal aneh di kamar tersebut, tapi lama kelamaan saat Sita terjaga secara tiba-tiba, dia dikagetkan dengan sesuatu benda hitam yang bergerak-gerak di atas lemari. Sita pun terbangun dan mendapatkan kakinya seperti digerayami beberapa ulat bulu. Sontak dia menangis hingga membangunkan kedua orang tuanya. Ibunya Sinta bertanya, apa yang membuatnya tiba-tiba menangis. Kemudian Sita menjawab bahwa ada ulat bulu di kakinya. Tanpa menyalakan lampu terlebih dahulu, Ibunya Sita berusaha mengusir ulat bulu yang di maksud Sita dengan bantal. Namun tangisan Sita malah semakin menjadi, karena setelah bantal itu menyentuh kaki nya, Sita melihat ulat bulu yang menempel di kaki nya semakin banyak. Ayah Sita pun langsung menyalakan lampu kamar, dan teryata tak ada apa-apa di kaki Sita. Melihat itu, Sita pun kebingungan, karena dia yakin sekali ada ulat bulu yang bayak sekali di kakinya. Meskipun tadi kamar gelap, tapi masih ada sedikit cahaya dari luar, sehingga Sita bisa sedikit melihat apa saja yang ada di sekitarnya.

Kepala
Cerita kali ini pun dialami Sita saat dia masih berumur 5 tahun. Sore itu sita berada di teras rumahnya di lantai dua. Dari situ dia bisa melihat sungai cikapundung dan pemukiman di daerah Cisitu Lama (Dago). Adzan maghrib berkumandang, Sita masih berdiri di teras rumahnya sambil bernyanyi-nyanyi. Dasar anak kecil, ada-ada saja tingkah polahnya. Selang beberapa detik dari waktu adza maghrib, tiba-tiba Sita berlari ke kamar orang tuanya sambil berteriak, “mamaaaah… ada setan… ih takuuuut ada setaaaan.” Mendengar teriakan Sita, kedua orangnya pun bertanya balik, “Lihat apa Sita, coba gambarin apa yang barusan kamu lihat.” Dari umur 5 tahun, bakat Sita menggambar memang sudah terlihat, ayahnya yang sedang sholat pun pernah dia gambar, meskipun tidak terlalu mirip. Sita pun menggambarkan apa yang dia lihat tadi di teras. Betapa kaget nya kedua orang tua Sita melihat hasil gambarnya. Sita menggambarkan kepala manusia, bertaring, dengan rambut yang seperti tersibak angin. Ternyata cerita tentang kepala buntung yang berasal dari sungai cikapundung itu pernah diceritakan di acara nightmare side Ardan.

Burung Cadas
Saat itu Sita sudah menginjak bangku SD. Suatu petang, Sita bersama adik dan ayahnya pergi ke sebuah plaza yang tidak jauh dari rumahnya. Bisa dengan berjalan kaki untuk sampai di plaza tersebut, hanya saja kita harus melewati pinggiran dari pemakaman umum Cadas Manggul (Jl. Bukit Jarian, Ciumbuleuit). Jalan yang Sita lewati saat itu berada di antara pemakaman umum Cadas Manggul dan aliran sungai cikapundung. Sekitar setengah perjalanan kita akan menemukan batu Cadas setinggi kurang lebih 1,5 meter. Batu cadas tersebut terkenal angker, dan Sita tahu betul hal mistis apa saja yang pernah terjadi disekitar batu cadas tersebut dari teman-temannya, dari mulai cerita manusia berekor tikur yang berjalan mundur, wanita berbaju putih, hingga kepala buntung. Sekitar 4 meter dari letak batu cadas hingga posisi Sita berdiri, tiba-tiba dia mendengar suara burung gagak diiringi dengan munculnya sosok burung gagak besar tepat disamping batu cadas tersebut. Burung gagak tersebut besarnya persis setinggi batu cadas. Sita tampak ketakutan, dia hamper menangis sambil memegang erat ayahnya. Ayahnya pun kaget karena melihat Sita yang tiba-tiba berkata, “Ayah, itu apa disana… ayah itu apa!!!!” Tapi ayahnya mencoba untuk menenangkan Sita dan meyakinkannya bahwa apa yang dia lihat itu hanya ilusinasi. Benar saja saat didekati burung yang tadi dilihat Sita sudah tidak ada, dan mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan.

Hantu Di Depan Teras
Saat itu tepat seminggu kematian tetangganya Sita. Seorang nenek yang tinggal bersama suami dan kedua cucu nya. Sita baru menduduki bangku sekolah dasar. Pada malam itu Sita tidur bersama kakak perempuannya di kamar lantai satu, yang letaknya di pinggir ruang tamu. Ruang tamu ini yang menghubungkan kamar dengan teras rumah dan tepat didepan teras rumah Sita adalah rumah tetangga Sita yang baru meninggal itu (Sita bisa melihat keluar teras dari jendela kamar). Saat itu gorden di ruang tamu Sita sedang dicuci sehingga malam itu jendela besar (hampir seluas sisi tembok penuh) tidak ditutupi oleh sehelai benang pun. Malam itu Sita gelisah, tidak bisa tidur, sementara kakaknya sudah tertidur pulas di sampingnya. Sita pun melihat keluar jendela dari kamarnya sekilas. Dia sempat melihat ada sesosok manusia atau mungkin bukan berada di depan terasnya dan sedikit menggeser tirai bambu. Untuk meyakinkan apa yang telah dia lihat, Sita pun melihat ke luar lewat jendela kamarnya. Ternyata benar sosok itu masih ada. Satu sosok dengan kulit mengelupas dan daging yang seperti habis tercabik-cabik. Tirai bambu masih terlihat menggeser atau terbuka sebagian yang menandakan memang makhluk itu berdimensi. Sita sempat membangunkan kakaknya yang tertidur dan menyuruhnya melihat apa yang tengah dia lihat. Namun kakaknya tidak melihat apa-apa dan melanjutkan tidur. Tapi Sita masih bisa melihat bahwa makhluk itu masih berdiri di depan teras rumahnya yang ditutupi tirai bambu. 

Cerita diatas merupakan kisah nyata, karena aku sendiri yang mengalaminya. Sita adalah nama samaranku.

Kisah Hantu Di Sekolah

Episode 1


-->
Sekolahku merupakan sekolah yang terkenal cukup agamis, meskipun bukan pesantren. Selain itu sekolahku juga terkenal cukup angker, ada yang bilang ‘tempat sampahnya hantu’ itu ada di sekolahku. Suatu hari saat mesjid di sekolahku telah diresmikan, duduklah seorang siswa DKM yang tengah membaca ayat-ayat al-quran sebagai pengisi waktu istirahatnya. Awalnya tidak ada yang aneh dengan keadaan sekitar, hanya saja mesjid saat itu sangat sepi. Tiba-tiba ada suara kakek-kakek mengajak dia berbicara yang pada awalnya tak terlihat wujudnya, namun anak DKM itu menganggap suara kakek itu berasal dari suara tukang kebun di sekolah kami yang memang sudah tua. Si kakek itu berkata, “bilangin sama temen-temen kamu, jangan terlalu banyak membuat gaduh di kebun belakang, saya merasa terganggu.” Si anak DKM kaget dengan ucapan yang janggal itu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, apakah mungkin si tukang kebun berkata aneh seperti itu padanya. Si anak DKM pun mulai melihat kesekitar, mencari-cari asal dari suara itu. Tiba-tiba terlihat sekelebat bayangan di hadapannya. Dia sangat kaget saat itu. Dia sadar dengan apa yang dilihatnya tadi, yang tepat melintas dihadapannya begitu kencang. Anak DKM itu pun ter duduk, dan melanjutkan kembali membaca al-quran dengan tangan yang masih gemetar. Tadi, dia melihat kepala melayang di hadapannya dengan cepat.

Episode 2
-->
-->
Masih cerita di sekolahku. Salah satu sekolah menengah kejuruan negeri di jl. Raya Soekarno-Hatta, Bandung. Hanya kejadian mistis ringan dan mungkin sering dialami di setiap sekolah, tapi apakah setiap orang mengalaminya. Jawabannya tentu saja tidak. Cerita ini aku dapatkan dari pengalamanku sendiri. Ketika itu aku mengantarkan temanku ke toilet. Tadinya aku males, karena toilet yang paling dekat dengan kelas ‘terbang’ ku saat itu adalah toilet yang sedikit menakutkan, karena paling gelap diantara toilet-toilet lainnya. Catat! Toilet di sekolahku tidak ada yang dipasangi lampu, kecuali toilet khusus guru. Dengan terpaksa aku mengantarkan temanku yang sudah tidak tahan lagi pengen buang air kecil, kasian juga sih. Setiap toilet terdiri dari satu buah washtaple sekaligus cerminnya dan dua WC. Saat temanku sedang memasuki salah satu WC, aku menunggu di dekat washtaple sambil bergaya di depan kaca (lebih tepatnya memperbaiki dandanan ku saat itu). Tiba-tiba ekor mataku menangkap sesosok wanita yang kufikir itu adalah temanku yang baru keluar dari WC. Otomatis aku berkata, “Eh, cepet bnget, yuk ah cepetan keluar.” Aku berkata seperti itu sambil menoleh dengan nada suara yang melemah di akhir kalimat. Karena ternyata temanku masih didalam WC. Saat itu aku hanya bisa menelan ludah dan menjauhi cermin, karena takut aku bisa melihat sesuatu yang jauh lebih menyeramkan. Sesaat setelah itu, temanku pun keluar dari WC, tanpa basa-basi aku menariknya cepat-cepat keluar dari toilet. Temanku itu nampaknya aneh terhadap sikapku waktu itu, tapi aku tidak berkata apa-apa selain, “yuk cepetan, ntar pak guru marah kita kelamaan di toilet.”

Episode 3
-->
Kisah lain di sekolahku selanjutnya dialami oleh salah satu teman dekatku. Dia memang memiliki indra keenam. Dia memang sudah terbiasa melihat hal-hal berbau mistis. Saat itu dia bersama temannya yang lain berjalan menyusuri koridor yang menyambungkan antara kelas mereka dan kantin. Cukup jauh memang dibandingkan dengan kelas-kelas lain. Saat itu temanku yang memiliki indera keenam itu Nampak sedikit berlari dan tersenyum sendiri tanpa sebab, hingga membuat aneh temannya yang ada saat itu. Sesekali dia menggerakan rok nya seolah menghindarkan rok nya dari tangan-tangan jahil orang lain. Temannya yang menemaninya saat itu pun makin bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata saat temanku itu melewati koridor ada sesosok anak kecil yang mengajaknya kejar-kejaran sambil sesekali mencoba menarik rok nya agar dia tetap disitu dan bermain bersamanya. Sosok anak kecil yang sering sekali lalu lalang di koridor yang menghubungkan antara kelas ‘ujung’ ke kantin sekolah.

Episode 4
-->
Kisah mistis di sekolah kali ini berlokasi di Unit Kesehatan Sekolah (UKS). UKS di sekolah ku itu terdiri dari 2 kasur dan satu buah bangku. Kebetulan saat itu aktifitas sekolah tidak sedang berjalan, dan digunakan oleh pengurus OSIS untuk mempersiapkan Ospek penerimaan siswa baru. Kejadian ini dialami oleh adik kelasku yang menjabat sebagai staff di dalam kepengurusan OSIS. Saat itu dia sedang duduk di bangku di dalam UKS. Dia nampak sangat lelah karena aktifitasnya seharian sangat menguras tenaga. Maklum dia hanya seorang perempuan, gak sekuat laki-laki, cepat lelah. Seorang yang bekerja sebagai PUBDOK iseng mengambil foto dari temanku yang sedang duduk tersebut. Dia nampak bergaya sambil tersenyum terpaksa, karena sangat lelah katanya. Dan tiba-tiba dia pun terkulai lemas, dia pingsan, tak sadarkan diri. Sontak teman-temannya yang lain berdatangan dan memindahnya ke tempat tidur (masih didalam UKS). Beberapa hari setelah itu, sang PUBDOK yang sempat memfoto temanku itu mulai membuka hasil jepretannya di dalam komputer di ruang komputer. Dia kaget melihat satu dari banyak jepretannya saat itu. Satu foto yang untuk beberapa orang dianggap sebagai mitos. Di samping foto temanku yang bergaya sambil tersenyum terpaksa itu ada sesosok makhluk memperagakan gaya sedang sholat. Nampak blur dan sedang melipat kedua tangannya di depan perutnya. Itu tidak mungkin manusia, meskipun itu manusia, mana mungkin sholat dengan prediksi kepalanya bisa menabrak tembok atau kursi yang sedang diduduki temanku bila memaksakan untuk sujud (salah satu gerakan dalam sholat). Sesosok perempuan yang berdiri dan tampak seperti sedang sholat. Namun dari kisah mistis kali ini, anak-anak DKM yang turut melihat foto mistis itu, hanya berkata, bahwa mereka itu memang ada, tidak bermaksud untuk mengganggu, hanya mengingatkan kita untuk selalu melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh yang maha kuasa. Kebetulan saat memfoto moment tersebut, waktunya sholat dzuhur.

Episode 5
-->Apakah disekolahmu ada dapur? Karena ceritaku kali ini tentang hal mistis yang bertepatan di dapur sekolahku. Suatu malam ada salah seorang kakak kelasku , sebut saja Doni, dia menginap di sekolah beserta kedua temannya. Mereka menginap karena besoknya ada pensi di sekolah dan mereka lah panitia intinya. Malam itu mereka berempat memutuskan untuk tidur didalam UKS, karena hanya ruangan itu yang bersuhu hangat dibadingkan ruangan-ruangan lainnya. Kak Doni adalah salah satu dari beberapa orang di sekolahku yang memiliki indera keenam, atau frontalnya bisa melihat makhluk halus. Ketika itu kak Doni memutuskan untuk membuat nasi liwet di dapur sekolah, karena nampaknya malam itu mereka sangat lapar. Kira-kira saat itu waktu menunjukkan pukul 11.30 malam. Kak Doni pun mulai membuat nasi liwet dengan api besar untuk mempercepat proses pembuatan nasi liwet, lapar sudah menghantui mereka berempat sepertinya. Sambil menunggu nasi liwetnya matang, kak Doni kembali kedalam UKS menghampiri ketiga temannya. Satu jam berlalu, dan kak Doni kembali melihat masakannya di dapur sekolah. Ternyata nasinya belum matang, mendidih pun belum, aneh sekali. Kak Doni melihat nyala api kompor gas, ternyata api nya menjadi sangat kecil. Awalnya kak Doni mengira gas nya hampir habis. Tapi ternyata bukan itu alasannya, seseorang sepertinya telah membuat apinya kecil dengan memutar panel pada kompor gas. Kak Doni pun memutar kembali panel pada kompor gas agar nyala api lebih besar. Sambil menunggu nasi liwet matang, kak Doni menunggu di UKS sambil tiduran, hingga tertidur. Kak Doni terlelap tidur hanya dalam waktu sekitar 2 jam, karena jam 3 pagi dia tiba-tiba terbangun mengingat nasi liwet yang dia masak belum diangkat. Tergesa-gesa kak Doni berjalan menuju dapur sekolah. Sesampainya disana, kak Doni nampak kaget melihat nasi liwetnya masih belum matang dengan air yang belum mendidih. Mungkin ada yang jahil lagi mengecilkan api nya, tapi ternyata setelah melihat nyala api pada kompor gas, nyalanya masih besar seperti terakhir kali ditinggalkan. Ini aneh, kak Doni memang merasaka keanehan dari awal dia memasuki dapur sekolah, seperti ada yang menemani dia di dalam dapur. Kak Doni pun mematikan kompor gas, karena perasaannya mulai tidak enak. Setelah itu dia pun bergegas kembali ke UKS untuk tidur dan melupakan semua masalah tentang perut. Saat dia keluar dari dapur, seperti ada seseorang yang sedang duduk di sudut koridor menghadap kearah taman. Dapur sekolah terletak tepat di belokan dalam koridor yang membentuk sudut yang didepannya terhampar sebuah kebun. Awalnya dia fikir itu adalah salah satu petugas sekolah, karena sosok yang dia lihat itu terlihat serba hitam, persis dengan kostum satpam di sekolahku. Namun setelah langkah demi langkah, hingga akhirnya kak Doni melewati sosok yang tengah duduk di pojokan tersebut, dan barulah ia sadar bahwa makhluk itu bukanlah manusia, melainkan sosok hitam legam berambut panjang sedang duduk dengan arah pandangan menusuk ke arah kebun. Setengah berlari kak Doni menuju UKS. Seolah tak terjadi apa-apa, kak Doni langsung tidur di atas kasur bersama ketiga temannya yang telah lebih dahulu tertidur karena bosan menunggu nasi liwet yang tak kunjung masak.